belum lewat 10 menit, semua permukaan benda bumi tak mau melewatkan hujan pertama dalam sewindu. Meresap sesak sampai haru, dinginnya merajam tajam hangus dan menyipakkan debu sehalus roh.
runtun tetesan nya besar-besar dan kokoh, dan tak juga kurangi saturasi kelam kabut dan awan yang menggantung, bahkan seakan bumi menghisap kelabunya dengan lidah menjulur dahaga luarbiasa.
mulai berbaris-baris alur kecil dan terus membesar lebar di atas pasir yang mengelompok dan teralur aliran. sebagian pasir kadang terhentak-hentak bagai gelombang penunjuk berkas nada. yang entah pasir yang sama yang akan terhentak lagi.
semak mulai riang dan berdansa chacha yang tawanya teredam orkestra hujan tak terbendung. semak yang lebih tinggi hanya ikut bak petinggi bijak yang hanya senyum kulum dan angguk wibawa... walau aku tau hatinya riang tak terkira diantara syukur dari doa beribu malam.