Hey…hey… hari ini ada yang berkata padaku. Begini...
Kau tau caranya bercermin pada orang lain? kujawab, dengan melihat reaksi orang terhadap tingkahlaku kita. kutambah lagi, dengan meminta pendapatnya tentang diri kita. Tapi kelihatannya dia belum puas. Kutambah lagi, mendengar apa yang dikatakan orang yang ada disekitar kita tentang kita.
“Hei...hei... kau boleh juga”, katanya menoel ujung hidungku. Aku tersenyum menunjuk hidungku dengan jempolku sembari memiringkan kepala dan memonyongkan bibir. “Tapi bagaimana kita tau dia cermin yang tepat, bagaimana kita bahkan untuk mengetahui apakah dia cermin atau bukan? atau lebih advancenya lagi, gimana menjadikan seseorang itu sebuah cermin?” aku mengencangkan ikat kepala, kemudian aku manggut-manggut.
Dia bangkit, dengan sebelah tangan menyiku di punggung dan satu lagi mengelus-elus janggutnya. “Kita harus mencari orang yang tepat untuk bisa dijadikan cermin, yaitu orang yang mengenali emosinya, mengenali kapasitasnya, mengetahui panjang akalnya, komplitnya lagi, orang yang mengenali dirinya” seakan tau isi benakku “dia dapat berada di dalam dirinya secara utuh, dia juga berada dilingkungannya secara utuh. Seperti aku, aku bukanlah cermin yang baik, sudah 27 tahun aku berada dalam gua gelap dan lembab ini, aku belum bisa mengalahkan emosiku pada dunia multi-peradaban yang pernah kudiami, dan aku belum cukup rampung menguasai jurus-jurus langit untuk berhadapan dengan bangsa realita yang ada diluar, aku tak pernah siap. Tapi bukan berarti aku tidak mau me-launching titisanku, yaitu kau! sebagai penyempurnaan dari diriku” katanya sambil menunjuk tajam pada hidungku. Sambil mengelus hidungku, aku pun manggut-manggut. Tiba-tiba dengan suara lantang dia berteriak, “BAIK!! MARI KITA MULAAAAI !!”
Hiaaaatt.....
Jurus pertama !!
Pilihlah teman yang cerdas, yang mau berbagi, selalu ingin lebih advance.
Hiaaaatt.....
Jurus kedua !!
Orang yang kocak, punya selera humor dan tidak menyalah gunakan tiga hal!! uang, hasil bumi, dan teknologi
Hait!!
Jurus ketiga
“Dan ini yang terakhir” katanya agak pelan dan dalam.
Sering-seringlah memperhatikan orang, setiap orang pasti punya rasa kebanggan pada dirinya, rasa bangga itu biasanya terjadi setelah dia mengalami sebuah pertempuran yang hebat, atau baru saja mendalami ilmu baru. Nah! Sangat baik bila kau melihat wajah-wajah mereka dan merasakannya secara detail dengan inderamu. Tapi ini baru boleh kau lakukan setelah kau menobatkan dirimu menjadi dirimu.
No comments:
Post a Comment